Angka, Garis, dan Kesenyapan Kisah Perempuan di Balik Logo 76 Tahun Merangin

Redaksijambi.com (Merangin)

Di sebuah rumah sederhana di Gang Raflesia, Sungai Ulak, ide itu lahir dalam kesenyapan. Tanpa sorot lampu, tanpa hiruk-pikuk panggung. Hanya garis, warna, dan waktu yang berjalan perlahan. Dari ruang inilah angka 76—yang kini menjadi wajah perayaan Hari Ulang Tahun Kabupaten Merangin—menemukan bentuknya.

Nama perempuan di baliknya adalah Meileni Sari.

Pada malam penutupan Merangin Expo 2025, Senin (22/12), Meileni berdiri di antara keramaian. Bupati Merangin H M Syukur, didampingi Ketua TP PKK Hj Lavita Syukur, menyerahkan Piagam Penghargaan kepadanya. Sebuah momen singkat, namun sarat makna: pengakuan atas kerja yang selama ini berlangsung dalam sunyi.

Bagi Meileni, logo 76 bukan sekadar desain perayaan. Ia adalah cerita tentang perjalanan—tentang Merangin yang terus bergerak menuju “Merangin Baru.” Tentang pertumbuhan, keteguhan, dan harapan yang disusun pelan-pelan, detail demi detail.

Perempuan kelahiran Jakarta itu telah lama akrab dengan dunia visual. Sejak bangku SMA, ia menjadikan garis dan tipografi sebagai bahasa perasaannya. Di masa muda, karya-karyanya kerap memenangkan lomba desain grafis. Namun Meileni tidak pernah mengejar sorotan. Ia lebih percaya pada proses ketimbang pengakuan.

Waktu berlalu. Ia menjadi ibu dari empat anak. Seorang aparatur sipil negara di Dinas Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (PPKB) Kabupaten Merangin. Mantan drummer sebuah grup band di Jakarta. Identitas-identitas itu melebur dalam satu benang merah: disiplin, ritme, dan kepekaan.

Rekan-rekannya mengenal Meileni sebagai pribadi yang sederhana, hangat, dan cekatan. Namun di balik ketenangan itu, tersimpan etos kerja yang nyaris tanpa kompromi. Ia dikenal rela menunda tidur, menahan lelah, demi memastikan setiap pekerjaan selesai dengan standar yang ia yakini.

Baginya, karya bukan sekadar hasil visual. Ia adalah tanggung jawab batin.

Perjalanan kreatif Meileni tak lepas dari dukungan keluarga. Sang suami—mantan desainer grafis di sebuah surat kabar harian ternama di Jambi—menjadi mitra diskusi yang setia. Ide-ide mengalir di antara percakapan sederhana, di sela rutinitas rumah tangga, jauh dari panggung resmi.

Kini, angka 76 itu terpampang di ruang publik. Dilihat ribuan pasang mata. Menjadi bagian dari ingatan kolektif sebuah daerah. Namun bagi Meileni, karya itu tetap bermula dari kesunyian—dari keyakinan bahwa bekerja dengan jujur, meski tak selalu terlihat, tetap memiliki arti.

Logo 76 HUT Kabupaten Merangin akhirnya menjadi lebih dari penanda usia. Ia adalah jejak ketulusan seorang perempuan pekerja keras, yang memilih berkarya tanpa banyak suara, namun meninggalkan makna yang panjang.

(dEn/kominfo)

Pilihan Redaksi
spot_img

Berita Terbaru