WikoAntoni (Penulis adalah Pegiat Pemerhati Sastra dan Teater dari Merangin)
Redaksijambi.com (Merangin) – Novel “Cahaya yang Tak Pernah Terlihat” adalah sebuah romantisme tragis dari perenungan seorang yang berenang dalam lautan emosional, pencarian ketenangan batin dan pelarian dari realitas yang tak diinginkan. Penulis yang sering merenung dan mencoba memaknai segala kenyataan yang dialaminya di saat mendidik para narapidana akhirnya mencurahkan pertarungan batinnya dalam goresan kisah romantis yang melankolis.
Dibalik kesan melankolis, ternyata bila diteliti lebih jauh ada kalimat-kalimat yang tetap menggambarkan sisi gelap dan keras “tersembunyi” dalam bahasa yang sangat puitis dan ini bukan sekedar goresan kisah, melainkan realitas nyata yang terbawa ke realitas fiksi yang disusun pengarang dengan sangat hati-hati atau bahkan mungkin saja tidak disadari.
Kalimat-kalimat ini membuktikan dalam kondisi rumit apalagi dimana seseorang tak dapat menghindarinya proses sublimasi dari tekanan psikologis yang kuat itu tetap hadir meskipun coba disembunyikan dengan sangat rapat. Psikologi analisis Jungian yang menggali symtompneurosis dan aspek ketidaksadaran kolektif menyingkap luka-luka jiwa tersembunyi tersebut dalam tindakan sehari-hari ataupun dalam karya fiksi,
Pembacaan tanda dengan prespektif psikologi analisis ini memberikan gambaran tentang Mas Bayu Kumara tanpa disadarinya dan menciptakan konsumsi estetik yang menggugah bagi para penikmat sastra terutama sastra bergenre psikologis yang dibungkus dengan kisah romantis. Carl Gustav Jung.
Carl Gustav Jung (1875-1961) adalah seorang psikiater dan psiko analis asal Swiss yang mendirikan psikologi analitis. la murid Sigmund Freud, tetapi kemudian mengembangkan pendekatan sendiri yang lebih berfokus pada makna simbolis, spiritualitas, dan eksplorasi alam bawah sadar secara lebih luas. Konsep kunci dalam Psikologi Jung relevan dengan analisis kalimat-kalimat Mas Bayu Kumara dalam novelnya misalnya, unsur Ketidaksadaran kolektif (Collective Unconsciously yang menyimpan Lapisan terdalam dari pikiran bawah sadar manusia yang menyimpan arketipe dan pengalaman universal umat manusia. Pada bagian lain terdapat Arketipe dengan lapisan Simbol dan pola dasar dalam pikiran manusia seperti: Animal feminim dalam laki-laki), Bayangan (shadow), Pahlawan, Ibu, Diri Sejati (Self), dll.
Selanjutnya unsur Shadow (Bayangan yaitu aspek diri yang tersembunyi, tertekan, atau ditolak oleh ego: seringkali berisi konflik batin, luka, atau potensi yang belum disadari. Ini Elemen Persona atau Topeng sosial yang kita kenakan dalam interaksi publik-bukan diri kita yang sejati. Terkait pada Anima/Animus atau aspek feminim dalam diri prial anima) dan maskulin dalam diri wanitalanimus), berperan dalam relasi emosional dan cinta. Elemen Individuasi terlihat sebagai Proses menjadi diri sejati dengan menyatukan elemen sadar dan tak sadar -menuju keseimbangan batin.
Pemetaan SymptopNeuritis dalam novel “Cahayayang Tak Pernah Terlihat”
1.”Untuk Aisyah yang tak pernah tahu bahwa sebagian dari dunia yang kini kau lihat pernah hidup dalam diriku.” Kalimat ini mencerminkan kompleks anima, yaitu bagian feminin dalam psike laki-laki.”Aisyah” bisa menjadi proyeksi dari animaideal, citra perempuan yang hidup dalam alam bawah sadar tokoh. Kata “dunia yang kini kau lihat” menunjuk pada pemindahan pengalaman batin (inner world ke dunia objektif sang perempuan, sebagai bentuk transendensi egoke dalam relasi.
2.”Untuk seorang yang pernah menjadi cahaya dalam hidupku, semoga kau dalam terang meskipun kau tak pernah tahu siapa yang menjagamu dalam gelap.” Ungkapan ini memperlihatkan simbol cahaya dan gelap yang dalam Jungian psychology sering dikaitkan dengan kesadaran dan ketidaksadaran. Sosok “yang menjaga dalam gelap” adalah aspek dari Self atau bayangan (shadow) yang teredam, penuh kasih namun tak dikenali. Kalimat ini juga memperlihatkan penyangkalan ego dan penyerahan cinta secara sublim pada tataran spiritual.
3.”Mata yang mencintai tanpa dilihat.” Simbol mata di sini adalah lambang dari kesadaran, pengamat batin yang tak membutuhkan pengakuan luar ini bisa ditafsirkan sebagai bentuk cinta dari unconscious yang tidak bergantung pada respons dunia luar – cinta yang hidup dalam wilayah ketidaksadaran kolektif, mirip mitos Eros dan Psyche.
4.”Langit masih menyimpan namamu.” Langit dalam Jungian symbolism adalah ruangan ketipal bagi yang Ilahi, tempat arketipe seperti Anima/Animusdan Self bersemayam. Kalimat ini menyiratkan bahwa cinta atau kenangan tentang sosok tersebut sudah menjadi bagian dari alam simbolik, bukan lagi realitas. Namanya diabadikan dalam ketidaksadaran kolektif tokoh.
5.” Jika kau pernah mencintaiku, kembalilah dalam mimpi.”Analisis Jungian: Mimpi adalah gerbang utama menuju ketidaksadaran. Kalimat ini memperlihatkan harapan agar arwah cinta atau bayangan dari masalalu tetap hidup dalam ruang psikis bawah sadar, bahkan jika telah mati secara harfiah atau simbolis. Ini juga menunjuk pada desakan integrasi bayangan ke dalam Self melalui mimpi.
6.”Jika dunia gelap dan kau tak melihatku, biar aku menjadi terang di balik jiwamu. “Kalimat ini adalah pernyataan individuasi, keinginan untuk hadir bukan sebagai sosok duniawi, tapi sebagai pembimbing batin, atau archetypal guide (mirip wise old manatauinner light). Tokoh ingin hadir sebagai terang batin dalam perjalanan psikis orang yang dicintainya.
Kesimpulan kontekstual:
Bayu Kumara mengembangkan narasi dengan kompleksitas archetypal dan psiko dinamis. Pengalaman mendidik para narapidana mungkin membentuk kedalam anemosional dan pemahaman ataspsike yang terperangkap dan rindu akan pembebasan-baik secara sosial maupun batiniah. Kalimat-kalimatnya mencerminkan upaya simbolik untuk menyampaikan cinta yang melampaui tubuh dan waktu.
Analisis kalimat Mas Bayu Kumara dalam Konteks Teori Jung Pada kalimat//Untuk Aisyah yang tak pernah tahu bahwa sebagian dari dunia yang kini kau lihat pernah hidup dalam diriku//tersirat Kalimat yang menunjukkan proyeksi-penulis Mas Bayu memproyeksikan dunia batinnya kepada Aisyah, seakan sebagian dari realitas yang Aisyah alami dahulu adalah bagian dari inner world-nya. Ini bisa dikaitkan dengan archetype Anima, dimana Aisyah menjadi figur feminin imajiner atau spiritual yang sangat memengaruhi perkembangan jiwa penulis. Kalimat //Untuk seorang yang pernah menjadi cahaya dalam hidupku, semoga kau dalam terang meskipun kau tak pernah tahu siapa yang menjagamu dalam gelap//menggambarkan Ada dualitas cahaya-gelap di sini. Penulis menyimpan cinta dalam kegelapan (shadow) sementara tokoh yang dicintai telah menjadi bagian dari cahaya personaideall. Ini menggambarkan konflik antara ego kesadaran dan shadowself yang menyimpan kerinduan tak terungkap.
Pada kalimat //Mata yang mencintai tanpa dilihat//bisa dikaitkan dengan kesadaran implisit atau cinta yang bersumber dari ketidaksadaran. Mungkin ini adalah ekspresi anima yang memandang, namun tak bisa bersatu karena belum mengalami proses individuasi yang matang. Sedangkan//Langit masih menyimpan namamu// mengingatkan pada langit yang menjadi simbol ketidaksadaran kolektif-tempat arketipe universal tersimpan. Nama yang masih tertinggal di langit adalah simbol cinta yang telah masuk ke dalam struktur mendalam psikis dan tak pernah sirna.
Kalimat //Jika kau pernah mencintaiku, kembalilah dalam mimpi.//adalah permintaan untuk bertemu dalam mimpi adalah bentuk kontak langsung dengan ketidaksadaran.Mimpi adalahtempat arketipe dan perasaan terdalam muncul, maka kalimat ini menjadi ekspresi harapan bertemu kembali di dunia batin. bukan dunia nyata. Sedangkan //Jika dunia gelap dan kau tak melihatku, biar aku menjadi terang di balik jiwamu.//adalah simbol diri sejati (Self) yang bersinar dalamjiwa orang lain.Penulis ingin menjadi cahaya batin, bagian dari proses penyembuhan psikologis, seperti tokoh Jungian yang sadar akan anima/animus dan shadow, dan akhirnya menjadi terang.
Penutup
Mas Bayu adalah aparat hukum yang bertugas sebagai sebagai pembina napi, di sisi lain ia juga seniman, tampaknya ia menjalani proses individuasi dengan menghadapi sisi gelap masyarakat (napi, penjara, kekerasan dan memurnikannya menjadi cinta, seni, dan refleksi dalam karya. Ini merupakan perjalanan arketipal seorang penyembuh, guru, dan pencinta yang terluka.
Pengalaman ini memantik romantisme dalam dirinya untuk mengembara pada dunia romantisme yang unik Penuh cinta yang merupakan harapan pada realitas pribadi namun dipenuhi bayangan kehidupan keras dan unik yang menjadi pengalaman setiap saat di tempatnya bekerja. Kedua sisi ini menjadi sebuah karya yang unik dengan kolaborasi romantis dan tragis sekaligus.
Kalimat-kalimat dalam novel Mas Bayu menyimpan lapisan simbolis dan spiritual mendalam yang bisa dibaca sebagai upaya memahami Cinta sebagai ekspresi anima, Bayangan diri yang tersembunyi,
Kebutuhan individuasi melalui seni dan mimpi, sebagai proses dan proyeksi emosi kepada tokoh ideal penyembuhan luka batin.
Mas Bayu menggunakan bahasa puitik dalam novelnya sebagai bentuk ekspresi ketidaksadaran, relasi dengan arketipe Anima, serta pencarian keutuhan jiwa. Melalui pendekatan Jung, kita bisa membaca karya ini bukan hanya sebagai roman, tetapi sebagai catatan perjalanan batin seseorang yang sedang menapaki jalan individuasi-jalan untuk menyatu kembali dengan bayangan, luka, cinta, dan jiwa yang tercerai-berai.
Novel “Cahaya yang Tak Pernah Terlihat” bila dilihat dari prespektif Analisis Psikologi Jungian memiliki Motivasi Psikologis tersendiri. Bayu Kumara sebagai pendidik napi dan pelukis, mengolah pengalaman hidup yang keras menjadi bahan reflektif dan estetik. Pengalaman bekerja dengan narapidana kemungkinan besar membawanya menyaksikan sisi-sisi shadow masyarakat dani ndividu yang terpinggirkan. Kalimat-kalimat ini bisa dipahami sebagai ekspresi proses individuasi Bayu sendiri-sebuah perjalanan batin untuk memulihkan, memahami, dan mencintai aspek terdalam dari dirinya dan oranglain. Akhirnya, Kalimat-kalimat dalam novel Bayu Kumara menunjukkan betapa kekuatan simbolik dan emosi mendalam. la tidak hanya menulis cinta dalam bentuk kasat mata, tetapi dalam ruang psikis yangkompleks: cinta sebagai cahaya, bayangan, mimpi, dan pencerahan.
Daftar Pustaka
Jung, C.G.(1964). ManandHisSymbols.London: AldusBooks.
Jung, C.G.(1953). Psychology andAlchemy.Princeton University Press.
Sharp, D.(1991).JungLexicon: APrimer of Terms&Concepts.Inner City Books.
Stevens, A.(1994).Jung: AVery Short Introduction. OxfordUniversity Press.
BayuKumbara.(2025) [JudulNovel] Merangin: [Penerbit].
(dEn)