Redaksijambi.comJangkat ,– Bakal Calon Wakil Bupati Merangin Periode 2024 – 2029 Nasution Mantan Kepala Dinas Pendidikan yang dipinang oleh Bakal Calon Bupati Merangin Nalim. Pasca ditinggal kan Nalim secara sepihak akhirnya Nasution (Pak Ari) telah memantapkan diri untuk menentukan arah dukungan politiknya dan mantap serta tekat yang kuat untuk memenangkan pasangan Syukur-Khafid (SUKA) di Pilkada Merangin Periode 2024-2029 pada tanggal 27 November 2024 mendatang.
Publik bertanya-tanya, mengapa Nasution ‘pasang badan’ untuk SUKA? Padahal, Nasution dan Nalim telah berkomitmen menjadi Bacalon Bupati dan Wakil Bupati Merangin dengan singkatan NaNas.
Komitmen itu juga ditunjukkan dengan kokohnya bilboard dan baleho NaNas ukuran besar yang terpampang disepanjang jalan tiga jalur kota Bangko.
Nasution juga sudah bersosialisasi dan membentuk tim disejumlah daerah dalam rentang waktu kurang lebih 2 bulan lamanya.
Tiba-tiba saja, pasangan Nanas bubar. Nasution tak lagi menjadi wakil Nalim. Sia-sialah pengorbanan waktu, tenaga, pikiran dan material yang telah Ia lakukan.
Nasution sempat putus asa, hatinya benar-benar terpukul. Berbagai isu pun beredar. Hingga akhirnya, Nasution tampil bersama Syukur-Khafid (SUKA) dan membuka Ikhwal bubarnya Nanas.
Dengan nada yang datar, Nasution mengawali akhir pahit yang tak mungkin Ia lupakan.
Dihadapan Tim Pemenangan SUKA di Kecamatan Jangkat Timur dan Kecamatan Jangkat, Nasution mewanti-wanti bahwa apa yang Ia ceritakan hanya untuk meluruskan isu dan menggambarkan apa yang Ia rasakan. Secara umum, hubungan Nasution dengan Nalim tetap terjalin dengan baik.
“Jangkat dan Jangkat Timur ini bagian dari keluargo besar sayo. Mungkin semuanyo sudah tahu kalau sebelumnyo sayo nak maju mencalonkan diri dengan Pak Nalim. Namonyo Nanas, Nalim-Nasution. Nah, Pasti banyak yang betanyo, ngapo kok sekarang Sayo ado disini (pelantikan tim pemenangan SUKA, red). Ini yang nak Sayo ceritakan supayo semuanyo tahu apo yang terjadi,” ujar Nasution mengawali kisah bubarnya Nanas dengan logat daerah yang kental.
“Waktu itu, Istri Sayo, Mak Ari -begitu sapaan akrabnya- sedang dalam perjalanan ke Bangko Barat untuk melakukan pertemuan dengan Tim Khadijah. Sayo jugo sedang dalam perjalanan di Tabir Lintas. Sayo dapat telpon dari salah satu tim (Nanas, red). Dio bilang, Pak Nas, politik berubah, sekarang sudah bukan nanas lagi. Sayo jawab, dak biso, kito punyo etika, punyo adab, punyo hargo diri, dak biso. Dio jawab lagi, alasannya gini gini gini… Dan Sayo matikan telpon,” sebut Nasution sembari membayangkan pengalaman pahit yang pernah Ia rasakan.
“Dak berapo lamo, sekitar 10 menit, ado lagi yang nelpon. Kali ini dari perwakilan partai, intinyo Samo lah, sudah bukan Nanas lagi. Sudah tu ado lagi yang nelpon dengan pembahasan yang Samo. Sayo heran, Sayo sudah ijab kabul dengan pak Nalim. Tapi kok orang lain yang ngasih berita soal bubarnyo Nanas? Dak pulo ado duduk besamo. Cubo bayangkan macam mano perasaan Sayo. Sejak saat itu sayo sudah dak semangat lagi,” ungkapnya.
Suatu hari lanjut Nasution, Bang Syukur -begitu sapaan akrabnya- datang berkunjung kekediamannya. Dari pertemuan itu Nasution banyak berbicara tentang apa dan bagaimana cara untuk memajukan Kabupaten Merangin.
“Dari pertemuan itu, Sayo menilai, Adindo Syukur ini punyo wawasan yang luar dan jaringan yang kuat di pusat. Kito harus akui, untuk biso membangun daerah, Kito harus tau bagaimana cara mendapatkan dana dari pusat. Dengan pengalaman 15 tahun di DPD, Sayo yakin Adindo Syukur atau Bang Syukur kito ini biso merubah Merangin menuju Merangin Baru. Dio tahu celah dana yang biso dibawa ke Merangin,” pungkasnya. (*)